Brand architecture adalah sistem yang mengatur brand, produk, dan layanan untuk membantu pelanggan mengakses dan berhubungan dengan brand. Hal ini membantu menyusun portofolio brand sehingga pelanggan dapat dengan mudah mengetahui brand mana yang berafiliasi dan di tingkat mana. Hal ini membantu menjelaskan luas dan dalamnya produk atau layanan sesuai dengan cara yang Anda inginkan agar konsumen melihatnya.
Brand architecture yang mapan memberikan panduan penting untuk perluasan brand, sub-brand, dan pengembangan produk baru. Brand architecture juga mengingatkan pelanggan pada nilai yang ditawarkan oleh brand secara keseluruhan. Oleh karena itu, dengan sepenuhnya memanfaatkan brand dan sub-brand perusahaan, hal ini meningkatkan brand value.
Untuk memulai, berikut adalah beberapa definisi singkat dari konsep-konsep utama:
Brand Identity: Berkaitan dengan logo dan materi visual yang membantu sebuah merek berbeda dari pesaingnya. Di sebelah kanan, Anda dapat melihat identitas merek Gravity Group, yang terdiri dari font, warna, dan logo yang digunakan untuk membedakan merek kami. Untuk lebih memahami perbedaan antara keduanya, baca artikel blog kami tentang keduanya.
Master Brand: Brand perusahaan tingkat atas yang menyediakan berbagai barang dan jasa bermerek. Merek induk, perusahaan induk, merek korporat, merek payung, atau merek utama adalah semua istilah yang dapat digunakan untuk menggambarkan merek induk.
Brand Extention: Produk atau layanan yang diluncurkan oleh nama merek yang sudah dikenal, dengan ekstensi yang berada dalam kategori yang berbeda dari produk atau layanan merek lainnya. Tergantung pada brand architecture, ekstensi ini dapat memperoleh manfaat dari kekuatan merek yang berafiliasi dengan nama merek yang sudah ada. Sub-brand, atau kadang-kadang, “brand saudara”, adalah istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan ekspansi merek.
Empat Jenis Brand Architecture yang Paling Banyak Digunakan
Branded House
Brand utama atau branded house selalu ada, dan ekstensi dapat dengan mudah dihubungkan dan dimanfaatkan oleh brand baru. Ini adalah cara yang sangat logis untuk mengembangkan merek baru. FedEx adalah contoh yang baik. FedEx Kinko’s menyediakan layanan yang sangat berbeda, tetapi gratis, dari merek utama FedEx, dan mereka berbagi brand equity. Ketika sebuah merek memiliki brand identity yang sama, seperti logo FedEx yang ikonik, sebuah brand dapat dianggap sebagai branded house.
Dalam kasus seperti ini, brand architecture yang baik memungkinkan pelanggan untuk membentuk pemikiran dan preferensi tentang seluruh keluarga brand dengan berinteraksi atau mempelajari brand-brand yang terlibat dalam keluarga tersebut.
BACA JUGA : Apa itu Branding ? Pentingnya Branding bagi Perusahaan
House of Brands
House of brands memungkinkan brand utama untuk bersaing dengan brand lain di pasar yang sama, mengisolasi dan melindungi brand utama dari ekspansi. House of brands, Proctor and Gamble (P&G), adalah contoh yang baik. Tidak ada brand lain yang akan terpengaruh jika Crest, salah satu divisi P&G, mengalami krisis brand. Dengan cara yang sama, ketika sebuah sub-brand mendapatkan publisitas yang baik, brand lain tidak mengambil keuntungan darinya.
Endorsed Brands
Cara yang lebih fleksibel untuk mengemas merek di bawah brand utama adalah dengan menggunakan brand yang didukung. Setiap ekstensi brand memiliki identitas yang berbeda dan dapat dikaitkan dengan merek induk, tergantung pada situasinya. Hal ini memungkinkan ekstensi brand untuk membuat rencana dan target pasar mereka sendiri, serta menggunakan brand equity induk jika diperlukan.
Endorsed brands dan brand architecture adalah kategori brand yang didukung. Brand induk dan sub-brand mempengaruhi satu sama lain dan mempertahankan reputasi brand induk. Misalnya, publisitas yang tidak baik tentang satu merek adik bisa berdampak buruk pada brand adik lainnya dan bahkan merek induk secara keseluruhan. Meskipun demikian, segmen pasar dan brand yang independen membuatnya sebanding dengan perusahaan yang memiliki brand sendiri.
Hybrid Brands
Hybrid brand architecture menggabungkan beberapa brand architecture. Ketika brand utama membangun dan mengakuisisi sub-brand baru, ini sering dianggap sebagai kompromi. Jika sub-brand baru menjual barang atau jasa yang terkenal, tidak ideal untuk memaksa mereka untuk mengadopsi identitas merek baru. Dalam hal ini, brand utama mungkin memiliki hubungan dengan beberapa sub-brand tetapi tidak dengan brand lainnya.
Hybrid brand tidak selalu merupakan pilihan terbaik untuk beberapa brand karena identitas dan ekstensi brand yang berbeda dapat menyulitkan pemasar, investor, dan pelanggan untuk melacaknya.
BACA JUGA : Product Marketing: Peran dan Tanggung Jawab
Mengapa Brand Architecture Penting untuk Semua Bisnis
Kejelasan: Brand architecture yang jelas membantu pelanggan memahami mengapa brand terhubung dengan cara mereka. Ini juga memungkinkan karyawan dan investor untuk memahami dan menerapkan strategi yang akan mendorong kesuksesan.
Penjualan Silang: Pelanggan dapat menemukan barang dan jasa untuk berbagai kebutuhan mereka dengan mendefinisikan hubungan antara berbagai merek di bawah satu merek utama.
Ekuitas Merek: Nilai yang dirasakan sebuah brand disebut brand equity. Banyak brand induk memiliki kesempatan untuk berbagi ekuitas dengan sub-brand mereka yang terkenal dengan adanya brand architecture yang jelas. Selama ada hubungan yang jelas, konsumen yang melihat brand induk sebagai menguntungkan juga akan melihat ekstensi merek tersebut menguntungkan. Lihat artikel ini dari The Branding Journal untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang brand equity.